
ANI |
Diperbarui: 18 Des 2022 21:03 IST
Lahore [Pakistan]18 Desember (ANI): Sembilan puluh satu persen susu bubuk yang dijual di Pakistan ditemukan berada di bawah parameter kualitas dan keamanan, demikian hasil penelitian yang dilakukan di 11 kota teratas di negara tersebut, demikian yang dilaporkan Daily Times.
Temuan studi yang dilakukan Universitas Kedokteran Hewan dan Ilmu Hewan (UVAS) Lahore itu disebarluaskan kepada pers dalam acara yang digelar pada 15 Desember di Lahore.
Hasil dinyatakan berdasarkan pengujian sampel lepas pada lima parameter yaitu-Komposisi, Pemalsuan, Residu antibiotik, Aflatoksin M1 dan Logam Berat. Dan semua sampel susu cair ditemukan tidak aman pada semua parameter, menurut Daily Times.
Menurut surat kabar tersebut, sebelumnya tidak ada standar kemurnian susu di Pakistan dan survei ditujukan untuk menyediakannya. Survei tersebut dilakukan oleh Nielsen, sebuah lembaga riset multinasional.
Hasilnya menakutkan karena Pakistan adalah produsen susu terbesar keempat dan 95 persen susu yang dikonsumsi adalah susu lepas dan melalui sumber informal, Daily Times melaporkan.
Ini bukan pertama kalinya Pakistan berada di tengah krisis makanan atau produk konsumen. Pada bulan Mei tahun ini, perencanaan yang sembrono dan salah urus sumber-sumber pertanian di Pakistan membuat negara itu mengalami kekurangan pangan akut dengan sebagian besar penduduk bertahan hidup kelaparan di daerah pedesaan, lapor International Forum For Rights and Security (IFFRAS).
Dari berbagai faktor yang menyebabkan kerawanan pangan di negara ini, inflasi dan korupsi menjadi perhatian serius bagi negara. Lonjakan harga pangan Pakistan bersamaan dengan penurunan pendapatan telah membuat banyak warga Pakistan tidak aman pangan.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP), keterjangkauan adalah penghalang terbesar untuk mencapai diet bergizi, yang sebagian besar penduduknya tidak mampu, lapor IFFRAS. WFP memperkirakan bahwa sekitar 43 persen orang Pakistan tidak aman pangan sementara 18 persen menderita kerawanan pangan.
Ketiadaan lembaga pertanian (pembuat kebijakan) yang serius dan pemerintahan yang baik juga menghambat ketahanan pangan di Pakistan. Selanjutnya, negara ini menempati peringkat 140 dari 180 negara pada Indeks Persepsi Korupsi 2021.
Faktor lain yang memperparah kerawanan pangan di Pakistan, berkaitan dengan faktor teritorial dan lingkungan, lapor IRRFAS. Beberapa petak tanah di negara ini semi-kering atau terjal yang tidak dapat ditanami dengan mudah. Untuk memperburuk situasi, sumber daya air langka di sebagian besar negara, dan mencari air untuk irigasi adalah tugas yang sulit bagi sektor pertanian.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) pada tahun sebelumnya di bulan Oktober, tiga provinsi di Pakistan yaitu, Balochistan, Khyber Pakhtunkhwa, dan Sindh mengalami kerawanan pangan, kemiskinan, dan malnutrisi yang merugikan. Harga pangan yang tinggi, kurangnya curah hujan, kekeringan, dan penyakit ternak, semuanya menambah kerawanan pangan di Pakistan.
Selain itu, intrusi air laut di wilayah pesisir Pakistan juga mengancam ketahanan pangan di Pakistan, lapor IRRFAS. Air laut menurunkan produktivitas lahan pertanian subur yang menyebabkan kelangkaan pangan, dan kesengsaraan ekonomi lainnya. Lebih lanjut memicu kebobrokan sumber daya alam seperti ternak, vegetasi, tanah, dan banyak lainnya.
Kerawanan pangan berdampak pada perempuan, anak-anak, dan rumah tangga pedesaan yang menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi dan menyebabkan peningkatan jumlah rumah tangga rawan pangan.
Pakistan juga mengalami krisis air pada bulan Juni tahun ini yang berdampak buruk pada sektor pertanian dan industri ekspor pertanian karena situasi tersebut menyebabkan kekeringan parah di beberapa daerah di negara itu.
Terlepas dari situasi yang genting, tidak banyak perhatian yang diberikan oleh pemerintah Pakistan pimpinan Shehbaz Sharif.
Khususnya, krisis tidak hanya berdampak pada sektor pertanian Pakistan, yang menyumbang 23 persen dari PDB negara, menurut outlet media, tetapi juga merupakan ancaman eksistensial terhadap ketahanan energi dan pangan, dan oleh karena itu keamanan nasional. (ANI)