
ANI |
Diperbarui: 29 Des 2022 17:47 IST
Washington [US]29 Desember (ANI): Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan senjata anti-tank senilai USD 180 juta ke Taiwan, sebuah pulau yang dianggap China sebagai wilayahnya sendiri.
“Departemen Luar Negeri mengizinkan kasus Penjualan Militer Asing #FMS yang diusulkan untuk @TECRO_US #Taiwan untuk membeli sistem Anti-Tank Gunung Berapi senilai hingga USD 180 juta,” kata Urusan Militer Politik Departemen Luar Negeri dalam tweet.
Departemen Luar Negeri telah memutuskan untuk menyetujui kemungkinan Penjualan Militer Asing ke Kantor Perwakilan Ekonomi dan Budaya Taipei di AS untuk sistem peletakan amunisi anti-tank Gunung Berapi dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya sebesar USD 180 juta.
Dukungan militer ini datang dua hari setelah Presiden Tsai Ing-wen pada hari Selasa mengumumkan bahwa wajib militer di pulau itu akan diperpanjang dari empat bulan menjadi satu tahun, efektif 1 Januari 2024, untuk memperkuat kesiapan tempur Taiwan melawan potensi serangan China.
Pengumuman itu dibuat setelah serangkaian pertemuan di Kantor Kepresidenan diadakan untuk membahas keamanan ekonomi dan nasional Taiwan, setelah pembicaraan selama berbulan-bulan setelah konflik Ukraina, Taiwan Focus melaporkan.
Dalam sebuah pernyataan, Badan Pertahanan dan Kerjasama AS hari ini mengatakan penjualan yang diusulkan ini melayani kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS dengan mendukung upaya berkelanjutan penerima untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel.
“Penjualan yang diusulkan akan membantu meningkatkan keamanan penerima dan membantu menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, dan kemajuan ekonomi di kawasan itu,” tambahnya.
Pemerintah AS mengatakan penjualan yang diusulkan akan meningkatkan kemampuan Taiwan untuk menghadapi ancaman saat ini dan masa depan dengan memberikan kekuatan yang kredibel yang mampu menghalangi musuh dan berpartisipasi dalam operasi regional.
“Usulan penjualan peralatan dan dukungan ini tidak akan mengubah keseimbangan dasar militer di kawasan itu,” tambah pernyataan itu. (ANI)