
ANI |
Diperbarui: 07 Jan 2023 18:30 IST
Kabul [Afghanistan]7 Januari (ANI): Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa melarang perempuan Afghanistan bekerja akan menghentikan pemberian bantuan kemanusiaan kepada 28 juta warga Afghanistan, lapor Khaama Press.
Menurut Griffiths, organisasi bantuan kemanusiaan yang bekerja di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, membutuhkan dukungan karyawan wanita untuk terus memberikan layanan penyelamatan jiwa kepada rakyat Afghanistan.
Dia mengatakan bahwa ada kemungkinan besar PBB akan menghentikan program bantuannya di Afghanistan jika pembatasan terhadap pegawai perempuan tidak dicabut. Dia mengatakan bahwa penghentian program bantuan dapat menyebabkan bencana krisis kemanusiaan lainnya di negara tersebut.
“Tanpa kehadiran perempuan, kami tidak dapat memberikan dukungan kemanusiaan yang sangat kami butuhkan kepada kelompok yang paling terpinggirkan, termasuk perempuan dan anak perempuan dalam masyarakat Afghanistan,” kata Martin Griffiths, seperti dikutip The Khaama Press.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komunitas Internasional tidak dapat mengandalkan janji-janji Afghanistan karena mereka telah gagal memenuhi janji-janji mereka mengenai hak-hak perempuan dan anak perempuan, kata Griffiths menurut Khaama Press.
Sejumlah besar organisasi bantuan telah menghentikan operasinya di Afganistan setelah pelarangan pegawai perempuan bekerja untuk organisasi non-pemerintah nasional dan internasional.
Berita TOLO baru-baru ini melaporkan bahwa krisis di Afghanistan tampaknya tidak mereda karena beberapa orang berada di bawah cengkeraman kelaparan dan kekurangan fasilitas dasar di Afghanistan sejak Taliban menguasai tanah Afghanistan pada Agustus tahun lalu.
Dalam sebuah laporan baru-baru ini yang dirilis oleh organisasi Save the Children, dikatakan bahwa Afghanistan, salah satu negara dengan tingkat kelaparan parah tertinggi, memiliki lebih dari 6,6 juta orang dalam krisis kelaparan.
“Negara dengan jumlah penduduk tertinggi yang menghadapi tingkat kelaparan parah adalah Afghanistan di mana jumlah ini meningkat menjadi 6,6 juta pada 2022 dari 2,5 juta pada 2019,” kata Save the Children.
Pengiriman bantuan kepada rakyat Afghanistan tidak terlalu efisien di bawah rezim Taliban karena proyek untuk meningkatkan kesehatan dan pendidikan berantakan.
Sesuai dengan laporan terbaru yang diterbitkan (April 2022) oleh Europe Asia Foundation (EAF) berjudul “Can ‘Softly-Softly’ address the Afghan crisis?”, bantuan yang diberikan dunia tidak didistribusikan secara efisien oleh Taliban, apalagi perang. -Afghanistan yang tercabik-cabik menghadapi kelangkaan dana setelah sanksi diberlakukan oleh negara-negara donor setelah Taliban menguasai Negara.
Laporan tersebut menginformasikan bahwa bantuan kemanusiaan internasional sebesar USD 1,88 miliar yang dijanjikan sejak pertengahan 2021 belum didistribusikan secara efisien dan lebih dari separuh warga Afghanistan kelaparan. Demikian pula, Program Pangan Dunia (WFP) kesulitan menemukan donor untuk mendanai rencananya senilai USD 4,4 miliar, menurut sebuah think tank, Policy Research Group (POREG). (ANI)