
ANI |
Diperbarui: 17 Des 2022 23:44 IST
Solna [Sweden], 17 Desember (ANI): Para peneliti dari Institut Karolinska dan Rumah Sakit Universitas Karolinska telah menunjukkan dengan tepat penyebab LCH kondisi seperti kanker yang parah. Temuan sains Imunologi mungkin menginspirasi pengembangan terapi khusus yang segar.
Kondisi mirip kanker mematikan yang dikenal sebagai Langerhans ‘Cell Histiocytosis (LCH) terutama menyerang anak muda dan, dalam keadaan ekstrim, bisa berakibat fatal. Di Swedia, penyakit ini menyerang lima sampai sepuluh anak setiap tahunnya, biasanya sebelum usia sepuluh tahun.
Dalam kasus LCH, sel-sel kekebalan, yang biasanya bertugas mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker, mengalami mutasi ganas.
“Asal usul sel LCH telah dibahas selama beberapa dekade. Beberapa peneliti yakin bahwa LCH berasal dari jenis sel kekebalan tertentu yang disebut sel dendritik, sementara yang lain percaya bahwa mereka berasal dari sel terkait yang disebut monosit,” kata Egle Kvedaraite, a dokter dan peneliti di Departemen Biokimia Medis dan Biofisika di Karolinska Institutet dan penulis pertama studi baru ini.
Para peneliti dari Karolinska Institutet bersama para ilmuwan dari Singapore Immunology Network dan Newcastle University kini telah mampu menunjukkan bahwa kedua teori tersebut mendekati kebenaran. Para peneliti menggabungkan apa yang disebut pengurutan sel tunggal, mikroskopi sampel, dan pelacakan sel dari pasien yang direkrut, antara lain, Rumah Sakit Universitas Karolinska.
Mereka menemukan bahwa sel LCH yang bermutasi memiliki sifat yang mirip dengan monosit dan sel dendritik, serta jenis sel dendritik yang relatif baru ditemukan, yang disebut sel dendritik tipe 3 (DC3).
“Hari ini kami mengetahui bahwa DC3 memiliki jalur perkembangan yang terpisah, terpisah dari sel dendritik dan monosit lainnya, dan pengetahuan tentang hal ini sangat penting dalam penelitian kami,” kata Egle Kvedaraite.
Para peneliti menemukan bahwa jenis sel yang berbeda dapat berkomunikasi satu sama lain untuk mempromosikan pengembangan LCH dan dengan demikian menciptakan efek penguatan diri.
“Di antara pilihan pengobatan untuk LCH, terapi bertarget dapat diterapkan dengan sukses, tetapi penyakit muncul kembali ketika pengobatan yang ditargetkan dihentikan. Hal ini menimbulkan tantangan serius bagi pasien, karena pengobatan seumur hidup untuk anak-anak bukanlah pilihan yang baik mengingat efek sampingnya. ,” kata Egle Kvedaraite.
Pemahaman baru tentang asal usul kanker jenis ini memiliki potensi untuk berkontribusi pada pengembangan pengobatan baru yang ditargetkan.
“Temuan ini dapat mengarah pada pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan sel-sel patologis,” kata Egle Kvedaraite. (ANI)